Thursday, October 13, 2011

Reaksi-Reaksi yang Melibatkan Halogenalkana dengan Larutan Perak Nirat

Halaman ini menjelaskan bagaimana larutan perak nitrat bisa digunakan sebagai bagian dari sebuah reaksi uji untuk halogenalkana (haloalkana atau alkil halida), dan juga sebagai salah satu metode untuk mengukur kereaktivan relatif halogenalkana.
Pengujian halogenalkana
Larutan perak nitrat bisa digunakan untuk menentukan halogen apa yang terdapat pada sebuah halogenalkana. Cara yang paling efektif adalah dengan melakukan sebuah reaksi substitusi yang mengubah halogen menjadi sebuah ion halida, dan selanjutnya menguji ion halida tersebut dengan larutan perak nitrat.
Reaksi
Halogenalkana dipanaskan dengan sejumlah larutan natrium hidroksida dalam sebuah campuran etanol dengan air. Apapun akan larut dalam campuran ini sehingga reaksi bisa berlangsung dengan baik.
Atom halogen dilepaskan sebagai ion halida:

Reaksi ini tidak harus berlangsung sampai selesai. Uji dengan perak nitrat cukup sensitif untuk mendeteksi ion-ion halida dalam konsentrasi yang cukup kecil.
Campuran diasamkan dengan menambahkan asam nitrat. Penambahan asam nitrat ini akan mencegah terjadinya reaksi antara ion-ion hidroksida yang tidak-bereaksi dengan ion-ion perak yang akan ditambahkan. Selanjutnya larutan perak nitrat ditambahkan.
Berbagai endapan bisa terbentuk dari reaksi antara perak dan ion-ion halida:


ion dalam campuranendapan yang terbentuk
Cl-endapan putih
Br-endapan krim pucat pasi
I-endapan kuning pucat pasi
Menentukan jenis endapan
Warna endapan-endapan yang terbentuk cukup sulit untuk dibedakan, khususnya jika endapan yang terbentuk sedikit. Anda bisa menentukan endapan apa yang terbentuk dengan menambahkan larutan amonia.

endapan awalpengamatan
AgClendapan larut menghasilkan larutan tidak berwarna
AgBrendapan hampir tidak berubah dengan penambahan larutan amonia encer, tapi larut dalam larutan amonia pekat menghasilkan larutan tidak berwarna
AgIendapan tidak terlarut dalam laturan amonia, baik encer maupun pekat
Membandingkan kereaktifan halogenalkana
Latar belakang
Untuk membandingkan kereaktifan-kereaktifan halogenalkana, berbagai halogenalkana diperlakukan dengan sebuah larutan perak nitrat dalam sebuah campuran etanol dengan air. Tidak ada lagi zat lain yang ditambahkan. Setelah beberapa lama, endapan-endapan muncul ketika ion-ion halida (yang dihasilkan dari reaksi-reaksi halogenalkana) bereaksi dengan ion-ion perak yang ada.
Selama prosedur ini berlangsung pada kondisi-kondisi yang terkontrol (jumlah zat yang sama, suhu yang sama dan seterusnya), maka waktu yang diperlukan untuk pembentukan endapan dapat menjadi petunjuk tentang kereaktifan halogenalkana – semakin cepat endapan terlihat, semakin reaktif halogenalkana tersebut.
Ada dua cara pembentukan ion halida, tergantung pada jenis halogenalkana yang ada – yakni halogenalkana primer, sekunder dan tersier.
Untuk halogenalkana pimer, reaksi utama yang terjadi adalah antara halogenalkana dengan air dalam pelarut.

Halogenalkana tersier terionisasi sampai tingkatan yang sangat kecil.

Sedangkan halogenalkana sekunder bisa mengalami kedua reaksi di atas.
Membandingkan laju-laju reaksi sesuai dengan jenis halogen
Untuk perbandingan laju reaksi ini, jenis halogenalkana yang digunakan harus konstan (baik primer, sekunder atau tersier), hanya gugus halogennya yang diubah-ubah. Sebagai contoh, anda bisa membandingkan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah endapan dari beberapa halogenalkana primer berikut:
Sesuai dengan sifat-sifat halogen masing-masing, akan jelas bahwa waktu yang diperlukan untuk terbentuknya endapan perak bromida akan tergantung pada berapa banyak zat yang digunakan dan pada suhu berapa reaksi berlangsung. Tetapi pola hasilnya selalu sama.
Sebagai contoh:
  • Senyawa iodo primer agak cepat menghasilkan endapan.
  • Senyawa bromo primer memerlukan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan endapan.
  • Senyawa kloro primer kemungkinan tidak akan membentuk endapan, kecuali, dalam jangka waktu yang cukup lama.
Orde kereaktifan mencerminkan kekuatan ikatan karbon-halogen. Ikatan karbon-iodin merupakan ikatan yang paling lemah dan ikatan karbon-klorin merupakan yang paling kuat dari ketiga ikatan pada gambar di atas. Agar ion halida terbentuk, ikatan karbon-halogen harus diputus. Semakin lemah ikatan, semakin mudah memutus ikatannya
Membandingkan laju reaksi antara halogenalkana primer, sekunder dan tersier
Untuk melakukan perbandingan ini, atom halogen tidak diubah-ubah. Biasanya digunakan bromida karena memiliki laju reaksi sedang. Sebagai contoh, anda bisa membandingkan kereaktifan dari senyawa-senyawa berikut:
Lagi-lagi, waktu yang diperlukan akan bervariasi sesuai dengan kondisi reaksi, tapi polanya akan selalu sama.
Sebagai contoh:
  • Halida tersier menghasilkan sebuah endapan hampir secara spontan.
  • Halida sekunder menghasilkan sedikit endapan setelah beberapa detik. Semakin lama endapan semakin menebal.
  • Halida primer biasanya memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan sebuah endapan.
Penjelasan tentang perbedana laju reaksi halogenalkana primer, sekunder dan tersier ini lebih sulit karena diperlukan pemahaman mendalam tentang mekanisme-mekanisme yang terlibat dalam reaksi. Perbedaan ini mencerminkan perubahan cara menghasilkan ion halida ketika kita berpindah dari halogenalkana primer ke tersier terus ke sekunder.

No comments:

Post a Comment