Thursday, October 20, 2011

Inggris Tidak Terima Sanksi Dijatuhkan Pada Shaleh dan Rezimnya

Inggris Tidak Terima Sanksi Dijatuhkan Pada Shaleh dan Rezimnya:
Dalam sebuah wawancara surat kabar “Asharq Al-Awsat” yang terbit di London dengan Duta Besar Inggris untuk Yaman, Jonathan Wilks yang dipublikasikan pada hari Jum’at (7/10). Duta Besar menjawab dalam menanggapi pertanyaan “jika semua rencana tidak berjalan sebagaimana mestinya, apakah akan ada sanksi terhadap rezim di Yaman?”

Duta Besar berkata: “Tidak ada pembicaraan tentang sanksi sekarang, mengapa? Pertama, karena kami tidak ingin menjatuhkan sanksi yang akan menambah penderitaan bagi rakyat Yaman, yang telah membayar harga tinggi. Kedua, kami tidak ingin rakyat (Yaman) membayar lebih besar lagi karena tindakan internasional. Adapun sanksi bagi oknum-oknum dalam rezim, juga tidak ada pembicaraan tentang hal ini sekarang, karena masih ada proses dialog yang sedang berlangsung. Kami ingin melanjutkan dialog ini. Ingat, situasi di Yaman ini berbeda dibandingkan dengan situasi di Suriah.”

Jika kita cermati setiap aktivitas politik yang dilakukan oleh Inggris terhadap rezim di Yaman, maka kita akan menemukan dukungan Inggris secara rahasia dan terbuka. Dan bukan sesuatu yang aneh jika Inggris bersikap demikian ini. Inggris adalah pihak yang gencar menyerukan serangkaian konferensi tentang Yaman untuk menyelamatkannya dari situasi perekonomian yang begitu mengerikan. Dimulai di London pada tahun 2006. Dan yang paling baru adalah Konferensi Riyadh yang diselenggarakan sebagai akibat maraknya aksi-aksi massa yang terjadi di Yaman, yang menuntut lengsernya Ali Shaleh dari kursi pemerintahan. Inggris juga yang telah mengeluarkan rezim Shaleh di Yaman dari krisis produk minyak bumi, setelah pipa pemompa minyaknya menghadapi pemboman selama aksi-aksi massa yang berlangsung sekarang ini, dengan menjadikan rezim keluarga Al-Saud memberikan bantuan 3 juta barel, lalu diikuti oleh rezim-rezim Teluk lainnya dengan tambahan 5 juta barel. Inggris juga yang melawan Amerika guna mencegah upaya Amerika memperluas pengaruh politiknya di Yaman, yang akan menggeser pengaruh Inggris, di mana pengaruh Amerika mulai menyusup dan dengan cepat membuat pusat-pusat politik di Yaman menunjukkan loyalitasnya pada Amerika.

Inggris adalah pihak yang ingin mengeluarkan Shaleh dari pemerintahan dengan segera melakukan pemilihan presiden. Inggris tidak terima tangan Amerika menyentuh rezim pemerintahan di Yaman dengan buruk, setelah suara-suara mulai meningkat yang menuntut agar mengadili Shaleh dan anak buahnya, yang telah menembaki para demonstran di setiap tempat yang menyeru perubahan di seluruh negeri.

Bahkan, Inggris pergi lebih jauh lagi untuk menahan para penggugat dengan mengatakan bahwa masalah pemeriksaan terkait pembunuhan para demonstran harus memperhitungkan apa yang telah dihadapi Shaleh dan pilar-pilar pemerintahannya, yaitu pemboman pada tanggal 3 Juni lalu di istana presiden.

Inggris saat ini sedang melakukan pembelaan terhadap Shaleh dan rezim pemerintahannya dalam menghadapi Amerika penjajah Yaman yang baru. Lalu, siapakah yang akan membela Shaleh dan anggota gengnya jika di jalan-jalan Yaman telah berhembus angin perubahan yang sesungguhnya menuju arah yang benar, yang mengharuskan pembersihan terhadap mereka yang setia pada kaum kafir Inggris dan lainnya, dan mengharuskan mengangkat seorang Khalifah bagi kaum Muslim yang akan menerapkan Islam, dan menyatukan negeri-negeri kaum Muslim kembali di bawah bendera al-Uqab, Lâ Ilâha Illallâh Muhammad Rasûlullâh, Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Muhammad utusan Allah. (hizb-ut-tahrir.info, 15/10/2011).

No comments:

Post a Comment